Banyak yang ingin kukisahkan perihal bekas hujan di lampu jalanan, tapi kau hanya diam, berdiri di persimpangan jalan dan bimbang-
![]() |
Hype - IDN Times |
Sepertinya ungkapan “Tak
Kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” adalah sebuah ungkapan
mainstream yang sering diungkapkan seseorang ketika pertama kali bertemu dengan
seseorang atau sekelompok orang. Ungkapan ini sangat sering saya dengar ketika
pertama kali jadi mahasiswa, tentu saja diungkapkan oleh dosen yang membuka
kuliah perdananya. Mahasiswa mana mau menggunakan ungkapan lawas itu untuk
berkenalan, alih-alih basa-basi pakai kata-kata bijak, mereka lebih suka straight
to the point dengan minta kontak Whatsapp. True?
Tapi ungkapan itu kalau
ditelaah lebih jauh memang ada benarnya. Mana mungkin kita ingin mencintai
suatu hal tanpa pernah mengenal sebelumnya? Sudah kenal saja belum tentu cinta,
apalagi tidak sama sekali. Ya kan?
Dari ungkapan itu juga,
saya menyadari bahwa kenapa di postingan sebelumnya ketika pembahasannya
mengarah kepada dunia politik, banyak yang menganggap saya bercita-cita jadi
politisi. Sungguh saya heran, bahkan berulang kali introkspeksi diri. Saya salah
nulis apa gimana ini? Salah ya, kalau berusaha mempelajari ilmu yang satu ini?
Ternyata, realitanya
memang banyak orang yang menganggap bahwa pembicaraan seputar politik itu “tabu”.
Sungguh hal itu dapat dimaklumi, karena mungkin mereka berlum terlalu mengenal
politik itu sendiri. Jangan sampai ketika berbicara politik yang terlintas di
benak kita ini hanya koruptor. Nggak! Tidak sesederhana itu.
Entah siapa yang harus
disalahkan ketika persepsi semacam itu timbul di kepala masyarakat. Karena pada
realitanya, kita semua pasti mengalaminya sendiri dimana selama 12 tahun kita
sekolah, pernah tidak diajarkan seputar politik secara intens? Paling hanya di
wilayah ilmu-ilmu sosial, itupun hanya di wilayah Pendidikan Kewarganegaraan
yang kalau saya ingat-ingat, berputar di wilayah mematuhi tata tertib, cinta tanah
air, hafal pancasila, dan lain sebagainya. Tidak ada seingat saya yang berbau
pendidikan politik. Kurikulum Pendidikan di Indonesia ternyata memang tidak
terlalu memberi perhatian lebih terhadap pengetahuan yang satu ini.
Lalu, pada saat berumur 17
tahun tanpa memiliki dasar-dasar pendidikan politik, dimana pada usia ini kita
sudah dituntut untuk menggunakan hak pilih atau hak politik sebagai warga
negara misalnya pada pesta demokrasi. Lantas, apa kemudian bekal kita untuk
memilih wakil rakyat? Apa yang menjadi pertimbangan kita untuk memilih si A
atau si B? Berbekal doktrin dari orang tua kita yang pada dasarnya hanya
memilih karena diberi janji-janji manis atau berupa barang semacam sarung atau kaos partai? Mau jadi pemilih berbekal
sogokan macam itu? mau memberi kekuasaan kepada orang-orang yang terpilih dari
hasil kampanye hitam macam itu?
Hal ironis semacam itu
dijumpai pada generasi muda. Tidak ketinggalan, mahasiswa juga demikian. Kalau bukan
mahasiswa jurusan ilmu Politik, mana ada mata kuliah yang berbau pendidikan
politik? Belum lagi wacana yang mengatakan bahwa Dunia Kampus itu tidak boleh
dibumbui dengan Politik. Hal ini cukup aneh, Anda yakin, di kampus itu
benar-benar tidak ada unsur politik? Apa salahnya mempelajari seputar politik
yang bebas dari identitas, partai, atau tokoh tertentu. Justru kampus memang
wadahnya mahasiswa untuk berpikir aktif dalam berbagai hal tanpa harus
dibatasi.
Kalau secara sederhananya Politik itu
semacam kegiatan atau interaksi antara rakyat dengan pemerintah dalam
proses menentukan tujuan, baik dalam proses pembuatan keputusan maupun
pelaksanaan keputusan dan bersifat mengikat dalam suatu wilayah tertentu.
Nah, pengertian politik
jelas mencakup pemerintah dan rakyat, sehingga rakyat juga punya hak untuk
turut serta berperan aktif dalam dunia perpolitikan. Sampai saat ini, Pemahaman masyarakat masih banyak yang beranggapan
bahwa sistem politik itu bukan urusan mereka melainkan urusan pemerintah,
sehingga masyarakat masih ada yang dibodoh-bodohi atau diberikan janji–janji
manis yang pada kenyataannya atau penerapannya tidak sesuai dengan yang telah
dijanjikan ketika sudah berhasil meraih kekuasaan.
Bagaimana, sudah dapat Paradoks nya?
Jadi sudah jelas kan, kalau postingan sebelumnya itu bahas masalah
politik, bukan berarti author blog
ini ingin bergabung ke Partai Politik tertentu atau ingin jadi wakil rakyat. Bukaaan!!
Saya tidak punya cukup mahar (hahahaha). Author hanya ingin kenal, agar
nantinya ketika dihadapkan pada isu politik, author tidak sekedar gigit jari.
Postingan kali ini lebih kepada mengkritik, entah itu kurikulum di Indonesia
yang kurang memberikan Edukasi seputar Politik kepada masyarakat sehingga
Politik menjadi hal yang “tabu” dibicarakan oleh masyarakat atau bahkan
kritikan kepada diri sendiri yang sampai saat ini masih awam dan hanya mendapat
edukasi seputar politik di media sosial atau buku-buku, sehingga masih terkesan
apatis atau bahkan skeptis terhadap isu-isu politik di Negara tercinta ini.
Hidup KPK!
Manusia tidak pernah lepas dri politik dalam hidupnya. sehari hari orang pasti melakukan politik dalam hidupnya. Hanya saja manusia tidak mengetahui makna sebenarnya dri politik.
BalasHapusFakir ilmu
Mantap.
HapusJadi apa makna sebenarnya dari politik ini?
Saya juga fakir ilmu
:D
Politik secara praktis artinya tatacara mencapai tujuan.
BalasHapusJadi sebenarnya dalam hubungan percintaan pun pasti ada namanya politik, ber"politik" kepada pasangan masing2 untuk mencapai maksud tertentu *LOL
Fakir asmara ka ple saya :v
Wah. Terimakasih ilmunya.
BalasHapusYang dibahas di postingan ini politik dalam sistem pemerintahan.
Btw kalau sudah bisa berpolitik dalam wilayah percintaan berarti anda ini bukan fakir asmara. Mungkin bisa dikatakan pakar asmara. haha
Saya cuma kasih tau arti politik secara sederhananya. Biar orang ngga salah mengartikan bahwa politik itu buruk
HapusAndaikan saya pakar asmara pasti pacar saya sudah 4. Tpi satupun tdk ada :v