with Yuliana Firman

Jumat, 26 Januari 2018

Paradoks

Banyak yang ingin kukisahkan perihal bekas hujan di lampu jalanan, tapi kau hanya diam, berdiri di persimpangan jalan dan bimbang-

Hype - IDN Times

Sepertinya ungkapan “Tak Kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” adalah sebuah ungkapan mainstream yang sering diungkapkan seseorang ketika pertama kali bertemu dengan seseorang atau sekelompok orang. Ungkapan ini sangat sering saya dengar ketika pertama kali jadi mahasiswa, tentu saja diungkapkan oleh dosen yang membuka kuliah perdananya. Mahasiswa mana mau menggunakan ungkapan lawas itu untuk berkenalan, alih-alih basa-basi pakai kata-kata bijak, mereka lebih suka straight to the point dengan minta kontak Whatsapp. True?

Tapi ungkapan itu kalau ditelaah lebih jauh memang ada benarnya. Mana mungkin kita ingin mencintai suatu hal tanpa pernah mengenal sebelumnya? Sudah kenal saja belum tentu cinta, apalagi tidak sama sekali. Ya kan?

Dari ungkapan itu juga, saya menyadari bahwa kenapa di postingan sebelumnya ketika pembahasannya mengarah kepada dunia politik, banyak yang menganggap saya bercita-cita jadi politisi. Sungguh saya heran, bahkan berulang kali introkspeksi diri. Saya salah nulis apa gimana ini? Salah ya, kalau berusaha mempelajari ilmu yang satu ini?

Ternyata, realitanya memang banyak orang yang menganggap bahwa pembicaraan seputar politik itu “tabu”. Sungguh hal itu dapat dimaklumi, karena mungkin mereka berlum terlalu mengenal politik itu sendiri. Jangan sampai ketika berbicara politik yang terlintas di benak kita ini hanya koruptor. Nggak! Tidak sesederhana itu.

Entah siapa yang harus disalahkan ketika persepsi semacam itu timbul di kepala masyarakat. Karena pada realitanya, kita semua pasti mengalaminya sendiri dimana selama 12 tahun kita sekolah, pernah tidak diajarkan seputar politik secara intens? Paling hanya di wilayah ilmu-ilmu sosial, itupun hanya di wilayah Pendidikan Kewarganegaraan yang kalau saya ingat-ingat, berputar di wilayah mematuhi tata tertib, cinta tanah air, hafal pancasila, dan lain sebagainya. Tidak ada seingat saya yang berbau pendidikan politik. Kurikulum Pendidikan di Indonesia ternyata memang tidak terlalu memberi perhatian lebih terhadap pengetahuan yang satu ini.

Lalu, pada saat berumur 17 tahun tanpa memiliki dasar-dasar pendidikan politik, dimana pada usia ini kita sudah dituntut untuk menggunakan hak pilih atau hak politik sebagai warga negara misalnya pada pesta demokrasi. Lantas, apa kemudian bekal kita untuk memilih wakil rakyat? Apa yang menjadi pertimbangan kita untuk memilih si A atau si B? Berbekal doktrin dari orang tua kita yang pada dasarnya hanya memilih karena diberi janji-janji manis atau berupa barang semacam sarung  atau kaos partai? Mau jadi pemilih berbekal sogokan macam itu? mau memberi kekuasaan kepada orang-orang yang terpilih dari hasil kampanye hitam macam itu?

Hal ironis semacam itu dijumpai pada generasi muda. Tidak ketinggalan, mahasiswa juga demikian. Kalau bukan mahasiswa jurusan ilmu Politik, mana ada mata kuliah yang berbau pendidikan politik? Belum lagi wacana yang mengatakan bahwa Dunia Kampus itu tidak boleh dibumbui dengan Politik. Hal ini cukup aneh, Anda yakin, di kampus itu benar-benar tidak ada unsur politik? Apa salahnya mempelajari seputar politik yang bebas dari identitas, partai, atau tokoh tertentu. Justru kampus memang wadahnya mahasiswa untuk berpikir aktif dalam berbagai hal tanpa harus dibatasi.

Kalau secara sederhananya Politik itu semacam kegiatan atau interaksi antara rakyat dengan pemerintah  dalam proses menentukan tujuan, baik dalam proses pembuatan keputusan maupun pelaksanaan keputusan dan bersifat mengikat dalam suatu wilayah tertentu.

Nah, pengertian politik jelas mencakup pemerintah dan rakyat, sehingga rakyat juga punya hak untuk turut serta berperan aktif dalam dunia perpolitikan. Sampai saat ini, Pemahaman masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa sistem politik itu bukan urusan mereka melainkan urusan pemerintah, sehingga masyarakat masih ada yang dibodoh-bodohi atau diberikan janji–janji manis yang pada kenyataannya atau penerapannya tidak sesuai dengan yang telah dijanjikan ketika sudah berhasil meraih kekuasaan.

Bagaimana, sudah dapat Paradoks nya?

Jadi sudah jelas kan, kalau postingan sebelumnya itu bahas masalah politik, bukan berarti author blog ini ingin bergabung ke Partai Politik tertentu atau ingin jadi wakil rakyat. Bukaaan!! Saya tidak punya cukup mahar (hahahaha). Author hanya ingin kenal, agar nantinya ketika dihadapkan pada isu politik, author tidak sekedar gigit jari.

Postingan kali ini lebih kepada mengkritik, entah itu kurikulum di Indonesia yang kurang memberikan Edukasi seputar Politik kepada masyarakat sehingga Politik menjadi hal yang “tabu” dibicarakan oleh masyarakat atau bahkan kritikan kepada diri sendiri yang sampai saat ini masih awam dan hanya mendapat edukasi seputar politik di media sosial atau buku-buku, sehingga masih terkesan apatis atau bahkan skeptis terhadap isu-isu politik di Negara tercinta ini.



Hidup KPK!


5 komentar:

  1. Manusia tidak pernah lepas dri politik dalam hidupnya. sehari hari orang pasti melakukan politik dalam hidupnya. Hanya saja manusia tidak mengetahui makna sebenarnya dri politik.

    Fakir ilmu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap.
      Jadi apa makna sebenarnya dari politik ini?

      Saya juga fakir ilmu
      :D

      Hapus
  2. Politik secara praktis artinya tatacara mencapai tujuan.
    Jadi sebenarnya dalam hubungan percintaan pun pasti ada namanya politik, ber"politik" kepada pasangan masing2 untuk mencapai maksud tertentu *LOL

    Fakir asmara ka ple saya :v

    BalasHapus
  3. Wah. Terimakasih ilmunya.
    Yang dibahas di postingan ini politik dalam sistem pemerintahan.


    Btw kalau sudah bisa berpolitik dalam wilayah percintaan berarti anda ini bukan fakir asmara. Mungkin bisa dikatakan pakar asmara. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya cuma kasih tau arti politik secara sederhananya. Biar orang ngga salah mengartikan bahwa politik itu buruk

      Andaikan saya pakar asmara pasti pacar saya sudah 4. Tpi satupun tdk ada :v

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Followers

Followers

Recent Posts

Recent Comments

Introduction

About

Pages

Blogger templates