with Yuliana Firman

Senin, 15 Januari 2018

Tahun Pemanasan

Menulis saja! Sampai hembusan nafasmu mampu Kau jadikan diksi-

Halo 2018 !

Tahun ini banyak sekali yang membicarakan tentang hal-hal panas yang sungguh mengherankan mengingat kenyataan bahwa awal tahun ini banyak diisi dengan guyuran hujan yang seharusnya menyejukkan. Lalu bagian mana yang panas?

Panas tahun ini ternyata tidak lagi didefinisikan sebagai suatu cuaca atau musim. Tapi lebih kepada kondisi politik di Indonesia. Berulang-ulang disebutkan di berbagai media, katanya 2018 adalah Tahun Politik atau ada yang menyebutnya dengan Pesta Demokrasi. Kalau menengok sejarah, demokrasi Indonesia pernah dilumpuhkan mulai pertengahan 1959 sampai dengan tahun 1998, mengalami masa jeda sebentar antara tahun 1966-1967. Kemudian masa Orde Baru tumbang pada akhir 1998, Indonesia memasuki era reformasi, terbukalah lagi gerbang demokrasi yang dikomandoi oleh Presiden BJ Habibie.

Tahun ini lagi-lagi pesta Demokrasi digelar. Tapi 2018 ini tentu baru merupakan pemanasan. Demokrasi yang paling dinanti oleh rakyat adalah tahun 2019, dimana yang bersaing adalah calon Pemimpin rakyat di seluruh wilayah Indonesia. Bagaimana kondisi pesta demokrasi kali ini? Apakah bisa menjadi wujud perbaikan sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia atau malah sebaliknya?
Melihat dari banyaknya persepsi dari berbagai pihak yang mengatakan bahwa tahun politik itu panas, sepertinya benar adanya. Belum dimulai saja sudah banyak sekali ingar bingar yang ditampilkan lewat berbagai media. Butuh penalaran yang mendalam agar keingar-bingaran itu tidak membawa kepada hal-hal yang buruk.

Untuk berkompetisi di kancah perpolitikan banyak sekali cara-cara yang dilakukan oleh kaum politik antarpartai atau antarelit. Persaingan menjadi hal yang tidak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi tapi juga terang-terangan. Mereka bahkan terkesan menghalalkan segala cara untuk mencapai kursi yang sejatinya memang diperebutkan berbagai pihak (iyalah, namanya juga politik).

Namun, ada satu hal yang cukup unik yang bisa dikatakan juga cukup berbahaya. Kaitannya dengan sebuah teori politik dari Amerika “Overton Window” atau jendela overton, Sebuah konsep dalam teori politik yang dikembangkan oleh Joseph P. Overton yang menunjukkan bahwa ada "jendela" gagasan dan usulan kebijakan yang dapat diterima dalam wacana publik. Segala sesuatu di dalam jendela itu normal dan diharapkan, sementara segala sesuatu di luar jendela bersifat radikal, konyol, atau tidak terpikirkan. 
Hype - IDN Times

Mengapa berbahaya? Karena menurut teori ini sejatinya persepsi publik bisa digeser kesana kemari. Dari hal yang tidak normal, menjadi suatu hal yang normal ataupun sebaliknya, dapat diterima di masyarakat. Dalam menggeser persepsi masyarakat akan suatu kebijakan, ada aktor memegang peran yang cukup krusial. Bayangkan jika hal itu berlaku di perpolitikan di Indonesia.

Jendela Overton ini misalnya bisa dilihat dimainkan oleh Donald Trump, presiden Amerika Serikat. Siapa yang menyangka kalau orang dengan berbagai pemikiran Ekstrimnya itu bisa menjadi Presiden di Negara besar seperti Amerika? Karena ia mampu menggeser persepsi warganya lewat berbagai media.

Hal ini tidak menutup kemungkinan juga bisa terjadi di Indonesia. Hal-hal yang tidak sesuai dengan norma di Indonesia bukan tidak mungkin bisa menjadi hal yang diwajarkan atau bahkan menjadi suatu kebijakan. Jika digaungkan secara terus menerus dan dibumbui dengan hal-hal yang logis.

Persepsi kita, kalian ternyata bisa diubah! Teori Overton Window ini bisa menjelaskan bagaimana kaum-kaum yang memiliki kepentingan di dunia politik atau sebut saja mereka politisi bisa merubah persepsi masyarakat, bukan tentang benar atau tidak, tetapi tentang normal dan tidak normal. Jadi, sebagai masyarakat seharusnya kita paham ketika persepsi kita ini sedang digeser. Cepat-cepat bangun! Janga terbawa suasana. Apalagi, sarana yang digunakan politisi itu sangat mudah diakses oleh masyarakat. Contoh yang paling sering kita ajak bercengkrama : Media. Isu-isu yang diangkat di berbagai media jangan langsung dilahap secara mentah. Pertimbangkan secara matang-matang, normalkah isu tersebut? Sesuaikah dengan masyarakat Indonesia? Jangan mentang-mentang hal yang disuguhkan itu logis, kemudian langsung diterima begitu saja. Analisis secara kritis dan mendalam. Apalagi, yang kita hadapi ini tahun Politik, yang menentukan siapa yang nantinya akan memimpin wilayah bahkan negara kita.

Teori ini mungkin tidak begitu terkenal, tetapi bagi teman-teman yang memang mendalami Ilmu Politik seperti mahasiswa jurusan Ilmu Politik pasti sudah tidak asing. Author masih pada tahap belajar dan hanya mahasiswa Ilmu Pendidikan, jadi silahkan browsing atau cari literatur yang berkaitan dengan overton Window ini, semoga bisa menambah wawasan teman-teman sekalian.
Intinya, mari kita jaga Indonesia kita ini, apapun yang kita hadapi. Berbagai provokasi pasti akan muncul di permukaan, tapi tetap ingat bahwa, perpecahan bukan hasil yang kita inginkan bersama. Tetap bersatu!



Hidup KPK !

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Followers

Followers

Recent Posts

Recent Comments

Introduction

About

Pages

Blogger templates