Menulis
saja! Sampai hembusan nafasmu mampu Kau jadikan diksi-
Halo 2018 !
Tahun ini banyak sekali yang membicarakan tentang
hal-hal panas yang sungguh mengherankan mengingat kenyataan bahwa awal tahun
ini banyak diisi dengan guyuran hujan yang seharusnya menyejukkan. Lalu bagian
mana yang panas?
Panas tahun ini ternyata tidak lagi didefinisikan
sebagai suatu cuaca atau musim. Tapi lebih kepada kondisi politik di Indonesia.
Berulang-ulang disebutkan di berbagai media, katanya 2018 adalah Tahun Politik
atau ada yang menyebutnya dengan Pesta Demokrasi. Kalau menengok sejarah,
demokrasi Indonesia pernah dilumpuhkan mulai pertengahan 1959 sampai dengan
tahun 1998, mengalami masa jeda sebentar antara tahun 1966-1967. Kemudian masa
Orde Baru tumbang pada akhir 1998, Indonesia memasuki era reformasi, terbukalah
lagi gerbang demokrasi yang dikomandoi oleh Presiden BJ Habibie.
Tahun ini lagi-lagi pesta Demokrasi digelar. Tapi
2018 ini tentu baru merupakan pemanasan. Demokrasi yang paling dinanti oleh
rakyat adalah tahun 2019, dimana yang bersaing adalah calon Pemimpin rakyat di
seluruh wilayah Indonesia. Bagaimana kondisi pesta demokrasi kali ini? Apakah
bisa menjadi wujud perbaikan sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia atau
malah sebaliknya?
Melihat dari banyaknya persepsi dari berbagai pihak
yang mengatakan bahwa tahun politik itu panas, sepertinya benar adanya. Belum
dimulai saja sudah banyak sekali ingar bingar yang ditampilkan lewat berbagai
media. Butuh penalaran yang mendalam agar keingar-bingaran itu tidak membawa
kepada hal-hal yang buruk.
Untuk berkompetisi di kancah perpolitikan banyak
sekali cara-cara yang dilakukan oleh kaum politik antarpartai atau antarelit.
Persaingan menjadi hal yang tidak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi tapi
juga terang-terangan. Mereka bahkan terkesan menghalalkan segala cara untuk
mencapai kursi yang sejatinya memang diperebutkan berbagai pihak (iyalah,
namanya juga politik).
Namun, ada satu hal yang cukup unik yang bisa
dikatakan juga cukup berbahaya. Kaitannya dengan sebuah teori politik dari
Amerika “Overton Window” atau jendela overton, Sebuah konsep dalam teori
politik yang dikembangkan oleh Joseph P. Overton yang menunjukkan bahwa ada
"jendela" gagasan dan usulan kebijakan yang dapat diterima dalam
wacana publik. Segala
sesuatu di dalam jendela itu normal dan diharapkan, sementara segala sesuatu di
luar jendela bersifat radikal, konyol, atau tidak terpikirkan.
![]() |
Hype - IDN Times |
Mengapa berbahaya? Karena menurut teori ini
sejatinya persepsi publik bisa digeser kesana kemari. Dari hal yang tidak
normal, menjadi suatu hal yang normal ataupun sebaliknya, dapat diterima di
masyarakat. Dalam menggeser persepsi masyarakat akan suatu kebijakan, ada aktor
memegang peran yang cukup krusial. Bayangkan jika hal itu
berlaku di perpolitikan di Indonesia.
Jendela Overton ini misalnya bisa dilihat dimainkan
oleh Donald Trump, presiden Amerika Serikat. Siapa yang menyangka kalau orang
dengan berbagai pemikiran Ekstrimnya itu bisa menjadi Presiden di Negara besar
seperti Amerika? Karena ia mampu menggeser persepsi warganya lewat berbagai
media.
Hal ini tidak menutup kemungkinan juga bisa terjadi
di Indonesia. Hal-hal yang tidak sesuai dengan norma di Indonesia bukan tidak
mungkin bisa menjadi hal yang diwajarkan atau bahkan menjadi suatu kebijakan.
Jika digaungkan secara terus menerus dan dibumbui dengan hal-hal yang logis.
Persepsi kita, kalian ternyata bisa diubah! Teori Overton Window ini bisa menjelaskan
bagaimana kaum-kaum yang memiliki kepentingan di dunia politik atau sebut saja
mereka politisi bisa merubah persepsi masyarakat, bukan tentang benar atau
tidak, tetapi tentang normal dan tidak normal. Jadi, sebagai masyarakat
seharusnya kita paham ketika persepsi kita ini sedang digeser. Cepat-cepat
bangun! Janga terbawa suasana. Apalagi, sarana yang digunakan politisi itu
sangat mudah diakses oleh masyarakat. Contoh yang paling sering kita ajak
bercengkrama : Media. Isu-isu yang diangkat di berbagai media jangan langsung
dilahap secara mentah. Pertimbangkan secara matang-matang, normalkah isu
tersebut? Sesuaikah dengan masyarakat Indonesia? Jangan mentang-mentang hal
yang disuguhkan itu logis, kemudian langsung diterima begitu saja. Analisis
secara kritis dan mendalam. Apalagi, yang kita hadapi ini tahun Politik, yang
menentukan siapa yang nantinya akan memimpin wilayah bahkan negara kita.
Teori ini mungkin tidak begitu terkenal, tetapi bagi
teman-teman yang memang mendalami Ilmu Politik seperti mahasiswa jurusan Ilmu
Politik pasti sudah tidak asing. Author
masih pada tahap belajar dan hanya mahasiswa Ilmu Pendidikan, jadi silahkan browsing atau cari literatur yang
berkaitan dengan overton Window ini,
semoga bisa menambah wawasan teman-teman sekalian.
Intinya, mari kita jaga Indonesia kita ini, apapun
yang kita hadapi. Berbagai provokasi pasti akan muncul di permukaan, tapi tetap
ingat bahwa, perpecahan bukan hasil yang kita inginkan bersama. Tetap bersatu!
Hidup KPK !
0 komentar:
Posting Komentar