with Yuliana Firman

Kamis, 12 Agustus 2021

Seperempat

 Teruntuk kalian yang tahun ini berada pada angka dua puluh sekian.


Tulisan ini tidak akan diawali dengan kalimat "Menjadi dewasa adalah sebuah keharusan"

Kita tidak sedang berada dalam sebuah seminar, tidak ada kata motivasi apalagi sertifikat di akhir paragraf. Kali ini kita bicara kenyataan.

So, Let's be realistic.

"Apa sebenarnya yang sedang saya lakukan sekarang?"

"Kenapa rutinitas saya setiap harinya hanya itu-itu saja"

"Duh, capek jadi beban keluarga"

"Besok nikah deh"

"Punya anak asik kali, ya"

"Kalau saya bersikap seperti ini, orang-orang pasti akan membeci saya"

"Rekan kerja saya menyebalkan"

"8 tahun pacaran sama dia kok jadi merasa tidak cocok ya"

"Si Anu sudah beli rumah, saya masih begini-begini saja"

"Kalau terus-terusan membahagiakan orang lain, kapan saya bahagia?"

"Pandangan dia tentang saya bagaimana ya?"

"Apakah Saya sanggup menafkahi calon istri saya?"

"Makin hari saya jadi makin anti sosial"

"Sampai hari ini saya masih menganggur"

"Lanjut S2 atau halalin mantan, ya?"

"Jodoh mana jodoh"

Dan lain-lain.

Sudah berapa kali menghela nafas berat hari ini? Sudah berapa banyak malam-malam panjang yang kamu habiskan dengan overthinking?

Bestie, fenomena yang sedang kita semua hadapi saat ini di usia ini adalah quarter life crisis. Aku, kamu, mereka, dan orang-orang yang sedang belajar dewasa di luar sana sedang mengalami hal yang sama. Kamu tidak sendirian.

Sebagian dari kita mungkin ada yang baru saja lulus kuliah dan kebingungan akan kemana setelah ini, mungkin ada juga yang sedang berkeliling mengirim CV kesana kemari, ada yang memutuskan untuk hidup mandiri jauh dari orang tua meskipun gaji menguap di akhir bulan, ada juga yang sedang semangat-semangatnya dalam pekerjaan namun terus ditagih tentang jodoh yang entah sedang diantar jemput oleh siapa.

Berbagai kebingungan yang melanda di fase quarter life crisis itu bisa saja dipicu dari terlalu banyaknya tuntutan dari lingkungan sekitar, circle yang terlalu kompetitif, dan disadari atau tidak juga muncul dari media sosial. Terlalu banyak melihat kehidupan orang lain yang serba sempurna di medsos bisa membuat kita makin insecure dengan hidup sendiri.

Jika kamu mengalami fase ini, tidak usah takut karena apapun yang saat ini mengganggu pikiranmu adalah hal yang wajar. It's normal. Hidup ini memang penuh dengan masalah, bukan? cmiiw, mari mencoba meringankan kegundahan bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian.

Tidak usah terlalu mencemaskan bagaimana hidup akan berjalan kedepannya. Apapun yang ada di depan sana, kamu pasti akan sampai.

Jangan meletakkan standar kebahagiaan kamu di pencapaian orang lain. It's a big No. Hanya karena melihat temanmu sudah sukses, lantas kamu merasa hidupmu gagal. Tidak! Kamu tidak gagal, setiap orang punya waktunya masing-masing. Mungkin waktumu belum sekarang, usaha aja dulu, rayu Tuhan sesering mungkin. Nanti juga dapat giliran. Tuhan Maha Adil, kan.

Berhenti mengeluhkan hal-hal yang sudah susah payah kamu capai. Itu adalah tanda kalau kamu kurang bersyukur. Jika sekarang kamu sudah bekerja dan merasa pekerjaanmu berat, hey sadar human! masih banyak orang di luar sana yang ingin berada di posisimu hanya demi slip gaji yang kamu anggap remeh di awal bulan.

Orang-orang dalam hidup kita ini akan datang dan pergi. Betapapun eratnya sebuah persahabatan, pada akhirnya pasti akan renggang, entah karena kesibukan masing-masing ataupun sudah memiliki teman hidup masing-masing. Bagaimanapun lekatnya kamu dengan orang tua, akan ada saatnya kamu harus ikhlas melepas mereka. Sesayang-sayangnya kamu sama pasanganmu saat ini, tidak menutup kemungkinan suatu saat kalian tidak lagi saling membersamai. Yuk belajar ikhlas. Sadari bahwa people come and go. Dan itu berada di luar kuasa kita.

Kurang-kurangi mendengarkan omongan orang yang toxic. orang-orang beracun di lingkungan kamu pasti akan selalu ada. Tidak usah dihiraukan, jangan hidup dalam ekspektasi orang lain. Biarkan mereka dengan dunianya. Kamu hanya perlu melakukan yang terbaik versi dirimu sendiri. Banyak-banyakin bergaul sama orang yang bawa positive vibes, biar nular.

Siapapun yang sedang mendampingimu saat ini, adalah orang yang kamu pilih dan memilihmu. Kamu tidak tahu berapa banyak yang mencoba menarik perhatiannya di belakangmu. Sudah cukup drama-drama yang dilebih-lebihkan. Hubungan yang kalian jalani seharusnya lebih teduh. Komunikasikan, saling pengertian. Kalau memang jalannya sudah buntu, mau gimana lagi. Btw, kamu yang sedang tidak didampingi siapa-siapa, sudah berapa banyak dm yang tak berbalas? Sabar, ya. Jangan kebanyakan cabang, diusia seperempat ini harusnya sudah pandai menjatuhkan pilihan.

Berhenti memikirkan bagaimana pandangan orang lain tentang kamu. Selama kamu berada di jalur yang benar, go ahead. Lanjutkan. Kamu ingin mengabadikan moment lewat instastory tapi takut dijulidin followers, don't worry. Posting apapun yang membuat kamu merasa bahagia tanpa harus dibayang-bayangi pandangan orang lain. Mereka juga belum tentu peduli. Bisa saja cuma di skip, kan.

Daripada overthinking, lebih baik mulai merencanakan pencapaian-pencapaian berikutnya. Persiapkan apa yang ingin kamu capai 5 tahun kedepan. Berusaha mencapai target itu semampumu. Libatkan orang-orang yang asik agar rasanya jadi lebih ringan. 

And the last but not least,

Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Kamu sudah sampai sejauh ini itu artinya kamu hebat. Berapa kalipun kamu merasa putus asa, kalau kamu tidak berhenti berjuang untuk hidup, artinya kamu masih manusia. Dikuatin lagi bahunya, dibanyakin lagi sabarnya. Life isn't always easy, but you always can through it.

wtf ujung-ujungnya kata-kata motivasi, lagi. Sorry not to sorry.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Followers

Followers

Recent Posts

Recent Comments

Introduction

About

Pages

Blogger templates