with Yuliana Firman

Rabu, 17 Januari 2018

Defensif

-Harapan yang kau bungkus rapi harus mampu kau makamkan dengan tega berkali-kali, karena setiap hal yang terbang tinggi tanpa pernah kau perhitungkan matang-matang, akan berakhir pada kematian-

Prelo
Waktu itu terus berjalan tanpa sedikitpun ingin tahu siap atau tidaknya kamu melaluinya. Ia terletak dimanapun kamu berkenan meletakkannya. Jika di  masa lalu, ia membawamu kesana, jika di masa depan juga dengan senang hati akan membawamu kesana. Tapi kedua masa itu tidak lain hanya angan-angan. Hanya pada masa sekarang, waktu membawamu dengan nyata. Ia terletak tepat disisimu. Semua terletak pada dirimu, ingin menjadikannya teman dalam perjalananmu atau memaksanya meninggalkanmu.

Hanya bersama orang-orang tabah ia tak menghianati. Jika yang kau ungkit dengannya hanya kelamnya masa lalumu, ia tak segan-segan menguburmu disana. Waktu benci diajak bernostalgia. Apalagi bersama kenangan-kenangan buruk yang pernah kau torehkan. Pikirmu hanya kau yang trauma? Ia juga merasakannya. Ia berada tepat di sisimu saat itu.

Lalu kenangan indah yang katamu sulit untuk kau ajak berdamai. Waktu menghargai itu, tidak sedikitpun ia ingin menghapusnya dari kronoligis kehidupanmu. Meski dengan hipokritnya kamu berkata ingin lupa ingatan. Waktu tahu betul besarnya kebohongan yang tersirat dalam kata-katamu itu. hanya mulutmu yang membenarkan. Tidak sedikitpun jiwa dan ragamu ingin beranjak kala bahagia menyelimuti pikiranmu. Pikirmu hanya kau yang gembira? Waktu paham kapan ia harus memberimu fatamorgana. Seakan-akan ia berjalan cepat semerntara tak sedetikpun ia mempercepat lajunya.

Kamu tidak tahu betapa tersanjungnya ia kala kau mempercayakan padanya tentang luka yang katamu akan hilang seiring berjalannya ia. Tanpa sadar kamu telah meyakinkan detiknya bahwa minggu, bulan, tahun, bahkan abadnya begitu berarti. Setidaknya untuk luka dari seorang yang cengeng sepertimu.

Lalu tentang manusia-manusia berpakaian rapi yang menganggapnya uang. Time is money . ia merasa jijik mendengar namanya disetarakan dengan benda yang hampir-hampir menjadi berhala bagi sebagian manusia. Pahamilah bahwa ia jauh lebih berharga daripada uang-uang yang kau kejar kemudian kau hamburkan setiap harinya. Ia jauh lebih suci dibandingkan uang-uang yang diserah terimakan kepada tangan-tangan kotor yang entah bekas berbuat apa.

Lebih dari pada itu, ia paling muak dengan curahan hati remaja-remaja masa kini yang mengaku generasi millenial tapi yang mereka galaukan hanya perihal kisah percintaan mereka yang entah sudah berapa babak, belum lagi mereka yang bermental selebriti, selalu ingin menjadi tenar seakan-akan setiap hal yang ia kerjakan harus menjadi konsumsi publik, suatu saat mungkin kata ‘privasi’ akan dihapus dari kamus, juga mereka yang bermental korban, selalu menganggap dirinya yang paling menderita diantara semua manusia yang ada di bumi padahal sebagian besar kebutuhannya terpenuhi kecuali mungkin otak yang tidak bisa ia gunakan dengan baik. Waktu merasa dibuang percuma. Berkat remaja-remaja kekinian itu, ia selalu merasakan sakitnya di sia-siakan bahkan ketika ia tidak mempunyai hati sekalipun.

Untuk kesekian kali, ia lagi-lagi berada pada ramalan sesat manusia bahwa sebentar lagi ia akan berakhir. Tapi nyatanya tak juga ia diakhirkan, ia tidak lagi ingin percaya dengan prediksi manusia tentang kapan ia akan benar-benar bertemu dengan ujungnya. Karena ia sendiri tidak pernah diberitahu oleh yang pertama kali memberinya tanggung jawab hadir di sisi manusia. Yang dia tahu hanya terus hadir di tempat ia seharusnya berada dan menjadi saksi atas setiap ulah manusia, ikut berbahagia, ikut bersedih, bahkan ikut dalam setiap hal-hal yang menurutnya kotor untuk dikerjakan oleh mahluk yang disebut manusia.

Yang ia tahu, ia harus pandai bersikap defensif, terus menerus berusaha bertahan dengan segala perlakuan yang ia terima tanpa bisa protes karena memang ia tak dikaruniai mulut, berbeda dengan manusia di luar sana yang meski punya bagian lengkap di tubuhnya, mereka memilih apatis dengan ketidakadilan.



Sedikit sarkasme di waktu libur yang terasa amat panjang~

4 komentar:

  1. Libur panjang mengajarkanku bahwa ternyata aku juga punya rindu untukmu... Eaaakkk

    BalasHapus
  2. Ada rindu yang terbendung 🌹

    BalasHapus
  3. defensif dlu kalau sudah lengah baru nanti counter attack !

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Followers

Followers

Recent Posts

Recent Comments

Introduction

About

Pages

Blogger templates