Memang
sulit untuk memperbaiki permasalahan sistem yang ada di negara ini. Tapi
menjadi apatis bukanlah sebuah solusi~
2017 sebentar lagi
habis. Bagaimana tahun ini? Sudah seberapa jauh langkah maju yang kamu ambil? Atau
tidak bergerak sama sekali? Atau jangan-jangan malah mengalami degradasi?
Jangan segan memeriksa timeline hidupmu. Jangan
Cuma sibuk mantengin timeline sosial media.
Bicara soal sosial
media, saya jadi teringat hal yang ingin saya kupas akhir tahun 2016 lalu, tapi
karena sesuatu dan lain hal tulisan saya jadi terbengkalai. Ternyata, akhir tahun
ini topik itu masih belum ada habisnya, masih awet seperti cilok yang dikasi
boraks. Bukan, pembahasan kali ini bukan soal boraks, tapi sejalan dengan
judul, pembahasannya soal distorsi (kalau menurut kitab sakti KBBI : dis·tor·si n 1
pemutarbalikan suatu fakta, aturan, dsb; penyimpangan: untuk memperoleh keuntungan
pribadi tidak jarang orang melakukan -- thd fakta yg ada;). Nah, kalau homo sapiens jaman now itu
lebih mengenal istilah hoax (bacanya hoks. Bukan hoanya, bukan hoaks).Kenapa
kemudian saya mengambil topik ini di akhir tahun ini? Karena pengen. Udah. Gitu
aja.
Ada yang baru kenalan sama istilah hoax ini? Kenalan dulu, siapa tau
cocok *eh. Jadi, secara bahasa hoax
ini adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi,
menipu, mempermainkan, memperdaya, dan memperdayakan. Kalau sederhananya,
hoax ini adalah informasi palsu, berita bohong, atau merekayasa sedemikian rupa
suatu fakta baik dengan tujuan lelucon maupun politis.
![]() |
Kumpulan Info Unik Dunia - Aneh tapi Nyata - blogger |
Saya yakin sebagian
besar manusia di jaman millenial ini punya minimal satu akun sosial media.
Entah itu whatsapp, facebook, line, twitter, instagram, snapchat, bbm(masih ada
yang pake bbm?), sampai tumblr, blog, ask.fm, dan lain-lain (sejauh ini saya
pakai mereka). Kesemua media sosial itu bisa jadi ladang subur bagi para penyebar
hal-hal yang bernuansa hoax. Mereka bisa bebas menjelajahi dunia maya ini
dengan berbekal tulisan-tulisan berisi statement-statement yang saya sebut ‘sampah’.
Isi berita atau informasi yang mereka sebarkan itu sangat tidak bermanfaat. Apalagi,
kalau yang sudah berbau provokasi. Ini menurut saya benar-benar sudah bisa
dikategorikan sebagai sampah sosial media. Ini akibat dari pesatnya
perkembangan teknologi, yang tidak seiring dengan perkembangan akal manusia.
Teknologi meningkat, manusia akalnya makin menciut. Kebebasan berpendapat malah
disalahgunakan.
Penyebaran hal-hal hoax
ini, entah itu dengan tujuan lelucon ataupun ada maksud-maksud politis di
dalamnya tetap saja tidak bisa dibenarkan. Kalau tujuannya sekedar bercanda,
bagaimana kalau bercandaan itu dibaca oleh Kids
jaman now (saya nggak ngerti siapa yang pertama kali mencetuskan istilah
aneh ini) yang pada dasarnya masih di usia yang they believe what they read?. Hal ini bisa merusak pemikiran
mereka. Lain lagi halnya dengan orang-orang dewasa, sebut saja contohnya
mahasiswa, ada juga ternyata yang kelakuannya menggelitik mata. Mereka yang
suka broadcast tulisan yang isinya di
paragraf awal berisi quote, kemudian pertengahan berisi pernyataan
menakut-nakuti yang entah mereka ambil darimana, kemudian pada paragraf
penutup, isinya berupa ancaman. Misalnya “kalau pesan ini tidak kamu kirim ke
10 teman kamu, maka kamu tidak akan bertemu dengan jodohmu”. Mahasiswa yang
kemudian takut tidak ketemu jodoh, akan memforward pesan ini ke 10 kontaknya. What the hell, man!. Kamu sekolah 12 tahun,
kuliah sekian ratus sks, tapi masih belum bisa menyaring hal-hal seperti itu?
Hidup Mahasiswa!
Lebih parah lagi kalau
hoax ini sudah menyentuh ranah yang lebih serius. Misalnya yang berbau
provokatif. Mengangkat topik yang menjatuhkan suatu kelompok, secara otomatis,
hal ini akan menimbulkan perpecahan.
Entah tujuan mereka memang untuk cari duit, atau memang ada pihak yang
memerintahkan penyebaran berita itu, tetap saja TIDAK BENAR! Yang namanya
perpecahan, pasti menyentuh hal mendasar dari suatu kelompok dan ujung-ujungnya
imbasnya ke negara kita yang tercinta ini, menghianati sila ketiga dari dasar
negara.
Iya, akibat dari hoax ini bisa seserius itu.
Masih ingat kasus
Saracen yang sempat jadi Headline bulan Agustus lalu? Ini bukti nyata kalau
hoax ini sifatnya sudah terorganisir. Unggahan mereka berupa kata-kata, narasi,
maupun meme yang tampilannya mengarahkan opini pembaca untuk berpandangan
negatif terhadap kelompok masyarakat lain. Dan lucunya, mereka ini bergerak
seperti pelayanan jasa. Jadi, mereka menyebar proposal ke sejumlah pihak dengan
menawarkan jasa berupa penyebaran hal-hal bernuansa SARA, menjatuhkan, dan
lain-lain yang nilainya nggak sedikit, puluhan juta bro.
So,
whats the point? Yang harus dicatat dari prahara hoax ini
adalah, cerdaslah dalam bersosial media. Budayakan baca baik-baik, analisis,
kalau perlu pakai pendekatan saintifik (calon guru banget ini), jangan asal
forward. Jangan karena kebelet eksis, langsung sebar tanpa menyaring isi konten
yang disebarkan. Dan, nggak usah takut nggak ketemu jodoh Cuma gara-gara broadcast di whatsapp (ngakak anjir).
Nah, berikut saya kutip
ciri-ciri hoax dari blog Romeltea.com
Menurut Dewan Pers, ciri-ciri hoax adalah sebagai
berikut:
- Mengakibatkan
kecemasan, kebencian, dan permusuhan.
- Sumber
berita tidak jelas. Hoax di media sosial biasanya pemberitaan media yang
tidak terverifikasi, tidak berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak
tertentu.
- Bermuatan
fanatisme atas nama ideologi, judul, dan pengantarnya provokatif,
memberikan penghukuman serta menyembunyikan fakta dan data.
Ciri khas lain hoax adalah adanya HURUF KAPITAL, huruf
tebal (bold), banyak tanda seru, dan tanpa menyebutkan sumber informasi.
Ciri utama hoax adalah tanpa sumber. Penyebar
hoax biasanya menuliskan: “copas dari grup sebelah” atau “kiriman teman”.
Ada ayat yang mengatur tentang hoax juga ternyata :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [QS.
Al Hujurat : 6]
Hidup Palestine!
apakah cinta juga termasuk HOAX ? karena sesungguhnya banyak yg bilang cinta tpi hanya sebatas omongan belakang
BalasHapusmohon pencerahannya
P.S tebak saya siapa
Cinta bukan hoax. kalau yang bilang cinta tapi hanya sebatas omongan belaka, mungkin yang dia bicarakan bukan cinta tapi obsesi. mungkin yaa. saya gak ngerti masalah cinta-cintaan sih. but I still believe in love. (naif banget ya)
Hapusmohon maaf kalau tidak tercerahkan.
saya tidak tahu siapa kamu. But thanks for comment. Keep reading ya :)
Yuli ji hahaha
HapusSaya ji. Niga ye? haha
HapusSaya je. Clue nya cek tanggal skrng
BalasHapus