with Yuliana Firman

Jumat, 19 Mei 2017

Momentum

Halo!

“Jika kita adalah dua orang yang berhadapan, ketika salah seorang dari kita mulai melangkah mundur, maka yang lainnya harus melangkah maju, bukan? Itu satu-satunya cara agar kita dapat terus berhadapan.”

Ditemani lagu lama dari Michael Jackson, Heal The World, author mencoba terus terjaga. Andai malam ini hujan, lengkap sudah sesi curhat lewat keyboard kali ini.

Heal the world..
Make a better place, for you and for me and the entire human race.
Entah bagaimana Om Maikel  bisa menciptakan lagu dengan lirik indah ini, tapi sungguh, siapapun yang mendengarnya akan tergugah hatinya tentang bagaimana andil kemanusiaan dalam hidup ini. Kurang lebih artinya seperti ini (koreksi ketika salah)

“Ada tempat kecil di hatimu, dan Aku tahu tempat itu adalah cinta. Dan tempat ini bisa jadi jauh lebih terang dari hari esok. Dan jika kau benar-benar berusaha, kau kan temukan bahwa tak ada perlunya menangis. Di tempat ini kau kan merasa tak ada duka atau nestapa.

Ada banyak cara tuk sampai ke sana jika kau peduli pada kehidupan. Berilah ruang kecil, jadikanlah tempat yang lebih baik. Sembuhkanlah dunia, jadikan dunia ini tempat yang lebih baik. Untukmu dan untukku dan untuk seluruh manusia. Banyak orang yang sekarat, jika kau peduli pada kehidupan, jadikan tempat yang lebih baik untukmu dan untukku.

Jika kamu ingin tahu kenapa, ada cinta yang tak dapat berdusta. Cinta itu kuat. Ia hanya peduli pada pemberian yang ikhlas. Jika kita berusaha kita kan melihat di dalam kebahagiaan kita ini kita tak dapat merasakan ketakutan. Kita berhenti ada dan mulai hidup. Lalu selalu terasa cinta saja cukup bagi kita untuk tumbuh.”

Manis sekali, bukan? Bahwa benar, di dalam hati manusia itu ada tempat kecil yang ketika dipergunakan dengan semestinya, tidak ada lagi tangis, katanya. Tidak ada duka ataupun nestapa. Bayangkan betapa manisnya dunia yang seperti itu. Saya orang yang sangat suka berimajinasi dan jujur, imajinasi saya yang paling tinggi adalah dunia yang seperti itu. Dunia yang seindah itu. Dunia yang dipenuhi orang-orang yang peduli dengan orang-orang disekitarnya. Lagu ini hanyalah satu dari sekian banyak lagu kemanusiaan yang diciptakan oleh musisi-musisi peduli sosial lainnya.

Lalu apa hubungan lagu ini dengan judul postingan kali ini? Yes, The moments. Momentum. (Saat yang tepat). Orang-orang terkadang kewalahan pada titik ini. Bahkan ada yang mengalami stagnasi pada batas ini. Terhenti pada pertanyaan “Kapan saat yang tepat?” lalu pada akhirnya lumpuh pada pernyataan “Mungkin bukan sekarang. Suatu saat nanti”. Jika terus menerus bertanya pada diri sendiri dan jawabannya selalu seperti itu, maka sadarilah bahwa ini adalah kondisi yang tidak benar. 
Pahamilah bahwa saat itu, ego sedang menguasai dirimu dan menutup tempat kecil di hatimu.

Saya pernah mendengar sebuah pesan dari seseorang yang mengatakan bahwa tidak perlu gerakan yang besar untuk sebuah perubahan. Cukup gerakan kecil yang dipenuhi totalitas. Saya setuju. Tidak perlu menunggu menjadi seorang konglomerat untuk menyisihkan sebagian yang kita punya kepada yang membutuhkan, tidak perlu menunggu menjadi seorang profesor untuk membagikan ilmu yang kita miliki kepada mereka yang ingin belajar, tidak perlu menunggu seorang yang kita lihat terjatuh berteriak minta tolong baru kita bergerak menolong. Tidak perlu menjadi seorang hakim untuk menuntaskan ketidakadilan. Tidak perlu menunggu perang untuk menjadi seorang relawan. Tidak perlu! Tidak ada yang harus kita buat menunggu dan mereka yang butuh uluran tangan kita tidak harus menunggu.

“Kapan momen atau saat yang tepat?” jawabannya sekarang. Saat ini. Saat kita sudah menyadari betapa satu manusia yang sadar akan pentingnya rasa kemanusiaan begitu berarti untuk dunia yang luas ini. Ketika orang-orang disekitar kita tidak peduli, buat mereka peduli. Tidak harus memaksa. Ketika mereka bergerak mundur, kita yang melangkah maju. Karena kita selalu punya momentum. Kapanpun, dimanapun itu, untuk siapapun itu. Selama kita masih punya tempat kecil di hati kita, dan percayalah kita selalu punya itu.

Berbicara tentang momentum, 20 Mei 1908. Ratusan tahun yang lalu..

Bangsa Indonesia, yang dijajah, hidup dalam penderitaan dan kebodohan selama ratusan tahun. Bahkan tingkat kecerdasan rakyat, sangat rendah. Hal ini adalah pengaruh sistem kolonialisme yang berusaha untuk “membodohi” dan “membodohkan” bangsa jajahannya.

Jika bukan karena tempat kecil di hati para pejuang yang berjuang mati-matian ratusan tahun yang lalu, hari ini kita mungkin tidak sempat untuk sekedar membaca tulisan ini..


Selamat Hari Kebangkitan Nasional!                              

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Followers

Followers

Recent Posts

Recent Comments

Introduction

About

Pages

Blogger templates