Kepada mimpi, yang malam tadi hadir tanpa permisi
kepada sang pemilik jiwa.
Apa yang kau bawa? Mengapa hanya potongan kenangan?
Kau mementaskan adegan semaumu.
Memutar kembali potongan-potongan yang susah payah
kuhapus.
Aku menyukainya!
Setiap adegan yang kau mainkan.
Dia yang untuk hanya sekedar bertemu dengannya
hanyalah sebuah kemustahilan.
Kau menghadirkannya!
Tidak ada yang berubah dengan senyumnya.
Rasa yang hadir tidak melebur sedikitpun.
Aku hanyut oleh sorot matanya.
Kala Ia bercerita tentang masa depan.
Kepada mimpi, sang sutradara imajinasi.
Haruskah kuucapkan terimakasih?
Ketika aku terbangun dan menyadari tidak ada
sosoknya disini.
Aku tersenyum dan memakimu seketika.


0 komentar:
Posting Komentar