Pernah dapat status seperti ini :
“aku sudah lelah dengan
semua ini. Cabut saja nyawaku, Tuhan”
Hal apa yang terlintas
dalam pikiran lo pas baca rentetan kalimat seperti itu di timeline facebook,
twitter, atau recent update bbm lo? Kalau gue nih ya, hal paling pertama yang
melintas di kepala gue adalah “Aamiin”. Iya, kalau ada yang bilang gitu di
timeline, udah aminin aja, atau kalau perlu tulis di kolom komentarnya “semoga
arwah lo diterima disisi-Nya”.
Siapa sih orang di
dunia ini yang tidak punya masalah? Semua orang punya. Dari masalah kecil
seperti rambut rontok, sampai masalah besar seperti rambut rontok karena kemo
terapi. Dari setiap masalah yang dialami sekian banyak homo sapiens di dunia
ini, tanggapan mereka terhadap masalah yang menimpa mereka itu beda-beda. Disini
gue akan mencoba mengklasifikasikan orang-orang berdasarkan cara mereka
menanggapi masalah yang menimpa mereka.
1.
Anak pantai.
Anak
pantai disini bukan berarti mereka yang berprofesi sebagai nelayan, yang
seringkali mempunyai masalah dengan ikan, yang berantem sama ikan-ikan, yang
setiap harinya berjuang melawan para ikan piranha yang mulai ganas ingin
menguasai bumi dengan bekerjasama dengan para alien. Bukan.. bukaan!! Anak pantai
maksudnya, mereka yang menghadapi masalah dengan super santai kayak di pantai
#eaaa misalnya nih ya, uang 5rb nya hilang, dia dengan entengnya berkata “yaudah,
biarin aja. Bukan rejeki gue”. Terus besoknya uang 10rb nya hilang, dia lalu
berkata lagi “yaudahlah, mungkin uangnya jatuh ke orang yang tepat”. Terus besoknya
lagi, uang 100rb nya hilang, dia lalu berkata lagi “kampret. Ini uang gue hilang
lagi, Uang gue udah abis, Indomie udah abis. Gue beli indomie pake apaan?”
Contoh
lain, misalnya si anak pantai ini divonis oleh dokter terkena penyakit
mematikan dan sisa umurnya tinggal beberapa hari lagi, dia dengan entengnya
berkata “wah. Tidak terasa ya, umur aku di dunia ini tinggal beberapa hari
lagi. Udah nggak sabar pengen stay di kubur”. Oke, oke, kayaknya ini bukan
contoh yang tepat, ini bukan anak pantai, ini santainya udah keterlaluan. Intinya,
orang jenis ini biasanya saking santainya dalam menghadapi masalah, masalah
mereka selesainya lama banget. Kadang-kadang juga tidak selesai karena ya,
mereka terlalu santai. Mereka tidak berusaha menyelesaikan masalahnya.
2.
Anak sedan.
Jangan
salah baca. Bukan anak setan. Bukaan. Jadi anak sedan disini adalah mereka yang
punya mobil sedan. Bukan, bukan yang itu juga. Serius, jadi anak sedan disini
maksudnya mereka yang menghadapi masalah dengan sedang-sedang(apa-apaan, Ini istilahnya
maksa banget). Mereka tidak terlalu santai dalam menghadapi masalah, tapi tidak
terlalu serius juga. Jadi, ketika orang seperti ini punya masalah, mereka akan
berusaha menyelesaikannya dengan normal. Tipe ini biasanya orang-orang yang
bijak dan paling cocok jadi pemimpin. Mereka bisa mengatasi masalah dengan cara
mereka sendiri.
3.
Anak siapa ini?
Tipe
yang ketiga ini yang paling bikin eneg. Kenapa? Mereka menghadapi masalah
dengan berkoar-koar. Entah itu di kehidupan nyata atau di sosial media. Itu hidup atau Karya Tulis Ilmiah? Masalah kok pake dipaparkan segala? Misalnya
nih ya, dia punya banyak tugas sekolah atau tugas kuliah, bukannya dikerjain,
dia malah berkoar-koar, keliling kampung bawa sound system terus teriak-teriak “tugasku
banyak sekali, memang dasar guru tidak berprikemanusiaan”. Pas lagi keliling
kampung, dia lupa kalau ternyata dia satu kampung sama gurunya, akhirnya
besoknya dia dipanggil ke ruang BP, terus ditanya sama gurunya “itu sound
system beli dimana?”, dia menjawab “pinjam di ruang guru, Pak” terus gurunya
bilang “kemarin pakainya berapa jam? Itu sound system harus disewa. 10rb satu
jam” kemudian siswa tadi membayar sewa ke gurunya. Karena uang sewanya terlalu
banyak, siswa tadi menjadi miskin dan tidak sanggup bayar SPP, akhirnya dia
dikeluarkan dari sekolah. Tragis, bukan?
Selain
berkoar-koar di kehidupan nyata, yang paling sering ditemui di era millenium
ini adalah mereka yang berkoar-koar di sosial media. Mengeluh kesana kemari. Diputusin
sama pacarnya, dia upload foto di instagram, foto lengan yang berdarah-darah
abis diiris-iris silet. Terus captionnya
“aku udah nyilet lengan aku demi kamu, kembalilah dan gengam lenganku yang
berdarah ini”. Maksudnya apa coba? Yang lebih parah lagi mereka yang abis
diputusin sama pacarnya terus update status “aku sudah tidak sanggup hidup
setelah kehilangan kamu. Aku lebih memilih mati, aku sudah minum baygon". Terus kalau
lo udah minum baygon, kenapa masih bisa update status? Itu yang update status
arwah lo? Emang bisa nyentuh layar hape? Ini anak siapa sih? Ampun dah.
Oke
guys, ketiga tipe yang gue sebutkan diatas hanya perumpamaan dari realita yang
ada. Gue tekankan sekali lagi. Semua orang punya masalah. Siapa sih di dunia
ini yang tidak punya masalah? Mulai dari masalah duit, cintalah, pekerjaan,
sekolah, kampus, keluarga, dan masalah-masalah lain. Semua orang punya. Mulai dari
Pak Presiden yang masalahnya sampai satu
negara, Pak Rektor, Artis (masalah mereka banyak banget), mahasiswa, siswa,
orang biasa, orang biasa yang belajar nulis blog (oke, itu gue). Sementara gue
nulis postingan ini, gue juga punya masalah. Tapi gue nggak sombong. Pak presiden
yang masalahnya muncul tiap hari juga nggak sombong, nggak berkoar-koar. Nggak update
status di sosial media. Okelah, orang berhak menulis apapun di sosial media
mereka. Tapi guys, plis deh. Itu bukan tempat yang tepat. Orang-orang yang baca
status lo paling cuma nge-like atau setidaknya meninggalkan komentar. Tapi emang
dengan begitu bisa menyelesaikan masalah lo? Nggak kan? Jadi gini, ketika lo
punya waktu untuk berkoar-koar tentang masalah lo itu, kenapa lo nggak
menggunakan waktu itu untuk menyelesaikan masalah? Jadilah bijak. Bukan sok
bijak di sosial media.
Ketikapun
masalah lo itu benar-benar sudah tidak mampu lo selesaikan sendiri, gue punya
tips ampuh yang bisa lo coba. Gue menyebut penyelesaian masalah ini dengan “PULANG”
Iya,
pulang. Ketika menyebut kata pulang, yang kita ingat pasti tempat kembali. Kita
semua tentu punya tempat kembali. Setiap orang punya tempat kembali
masing-masing. Tempat yang dituju ketika kita kehilangan arah, ketika dunia
mulai terasa asing.
Lo
punya teman dekat? Sahabat? Nggak punya? Kasian banget hidup lo. Ketika lo punya
sahabat, pulang ke dia, curhat ke dia. Ungkapkan keluh kesah lo ke dia. Kalaupun
dia tidak bisa membantu menyelesaikan masalah lo, setidaknya lo lega, ada
pendengar yang bisa lo percaya, bukan di sosial media yang kebanyakan
orang-orang yang nggak lo kenal.
Selain
teman dekat, lo punya keluarga. guys, percaya sama gue. Ini ampuh. Setiap kali
gue punya masalah, gue selalu kumpul bareng keluarga gue. Mereka adalah obat
penenang yang tidak punya efek samping. Mungkin gue nggak menceritakan masalah
gue ke mereka secara langsung. Tapi, momen-momen ngumpul bareng mereka itu luar
biasa. Dalam sekejap, gua yakin bahwa nggak peduli seberapa besar masalah gue,
gue punya mereka. Mereka akan selalu mensupport gue.
Ketika
teman dan keluarga tidak mampu juga menyelesaikan masalah lo, ini yang paling
ampuh. Tempat pulang paling utama. Lo punya Tuhan. Berkeluh kesahlah
kepada-Nya. Dia Yang Maha Kuasa. Bahkan dari-Nya lah masalah itu muncul dan
yakinlah, setiap masalah yang lo hadapi hanya kehendak-Nya lah yang mampu
menyelesaikan masalah lo.
Yakinlah
bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya.
👍👍like.... very nice
BalasHapus