with Yuliana Firman

Rabu, 02 Desember 2015

Problem Solver

Halo!

Pernah dapat status seperti ini : 

“aku sudah lelah dengan semua ini. Cabut saja nyawaku, Tuhan”

Hal apa yang terlintas dalam pikiran lo pas baca rentetan kalimat seperti itu di timeline facebook, twitter, atau recent update bbm lo? Kalau gue nih ya, hal paling pertama yang melintas di kepala gue adalah “Aamiin”. Iya, kalau ada yang bilang gitu di timeline, udah aminin aja, atau kalau perlu tulis di kolom komentarnya “semoga arwah lo diterima disisi-Nya”.
Siapa sih orang di dunia ini yang tidak punya masalah? Semua orang punya. Dari masalah kecil seperti rambut rontok, sampai masalah besar seperti rambut rontok karena kemo terapi. Dari setiap masalah yang dialami sekian banyak homo sapiens di dunia ini, tanggapan mereka terhadap masalah yang menimpa mereka itu beda-beda. Disini gue akan mencoba mengklasifikasikan orang-orang berdasarkan cara mereka menanggapi masalah yang menimpa mereka.

1.      Anak pantai.
Anak pantai disini bukan berarti mereka yang berprofesi sebagai nelayan, yang seringkali mempunyai masalah dengan ikan, yang berantem sama ikan-ikan, yang setiap harinya berjuang melawan para ikan piranha yang mulai ganas ingin menguasai bumi dengan bekerjasama dengan para alien. Bukan.. bukaan!! Anak pantai maksudnya, mereka yang menghadapi masalah dengan super santai kayak di pantai #eaaa misalnya nih ya, uang 5rb nya hilang, dia dengan entengnya berkata “yaudah, biarin aja. Bukan rejeki gue”. Terus besoknya uang 10rb nya hilang, dia lalu berkata lagi “yaudahlah, mungkin uangnya jatuh ke orang yang tepat”. Terus besoknya lagi, uang 100rb nya hilang, dia lalu berkata lagi “kampret. Ini uang gue hilang lagi, Uang gue udah abis, Indomie udah abis. Gue beli indomie pake apaan?”
Contoh lain, misalnya si anak pantai ini divonis oleh dokter terkena penyakit mematikan dan sisa umurnya tinggal beberapa hari lagi, dia dengan entengnya berkata “wah. Tidak terasa ya, umur aku di dunia ini tinggal beberapa hari lagi. Udah nggak sabar pengen stay di kubur”. Oke, oke, kayaknya ini bukan contoh yang tepat, ini bukan anak pantai, ini santainya udah keterlaluan. Intinya, orang jenis ini biasanya saking santainya dalam menghadapi masalah, masalah mereka selesainya lama banget. Kadang-kadang juga tidak selesai karena ya, mereka terlalu santai. Mereka tidak berusaha menyelesaikan masalahnya.

2.      Anak sedan.
Jangan salah baca. Bukan anak setan. Bukaan. Jadi anak sedan disini adalah mereka yang punya mobil sedan. Bukan, bukan yang itu juga. Serius, jadi anak sedan disini maksudnya mereka yang menghadapi masalah dengan sedang-sedang(apa-apaan, Ini istilahnya maksa banget). Mereka tidak terlalu santai dalam menghadapi masalah, tapi tidak terlalu serius juga. Jadi, ketika orang seperti ini punya masalah, mereka akan berusaha menyelesaikannya dengan normal. Tipe ini biasanya orang-orang yang bijak dan paling cocok jadi pemimpin. Mereka bisa mengatasi masalah dengan cara mereka sendiri.

3.      Anak siapa ini?
Tipe yang ketiga ini yang paling bikin eneg. Kenapa? Mereka menghadapi masalah dengan berkoar-koar. Entah itu di kehidupan nyata atau di sosial media. Itu hidup atau Karya Tulis Ilmiah? Masalah kok pake dipaparkan segala? Misalnya nih ya, dia punya banyak tugas sekolah atau tugas kuliah, bukannya dikerjain, dia malah berkoar-koar, keliling kampung bawa sound system terus teriak-teriak “tugasku banyak sekali, memang dasar guru tidak berprikemanusiaan”. Pas lagi keliling kampung, dia lupa kalau ternyata dia satu kampung sama gurunya, akhirnya besoknya dia dipanggil ke ruang BP, terus ditanya sama gurunya “itu sound system beli dimana?”, dia menjawab “pinjam di ruang guru, Pak” terus gurunya bilang “kemarin pakainya berapa jam? Itu sound system harus disewa. 10rb satu jam” kemudian siswa tadi membayar sewa ke gurunya. Karena uang sewanya terlalu banyak, siswa tadi menjadi miskin dan tidak sanggup bayar SPP, akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah. Tragis, bukan?
Selain berkoar-koar di kehidupan nyata, yang paling sering ditemui di era millenium ini adalah mereka yang berkoar-koar di sosial media. Mengeluh kesana kemari. Diputusin sama pacarnya, dia upload foto di instagram, foto lengan yang berdarah-darah abis diiris-iris silet.  Terus captionnya “aku udah nyilet lengan aku demi kamu, kembalilah dan gengam lenganku yang berdarah ini”. Maksudnya apa coba? Yang lebih parah lagi mereka yang abis diputusin sama pacarnya terus update status “aku sudah tidak sanggup hidup setelah kehilangan kamu. Aku lebih memilih mati, aku sudah minum baygon". Terus kalau lo udah minum baygon, kenapa masih bisa update status? Itu yang update status arwah lo? Emang bisa nyentuh layar hape? Ini anak siapa sih? Ampun dah.

Oke guys, ketiga tipe yang gue sebutkan diatas hanya perumpamaan dari realita yang ada. Gue tekankan sekali lagi. Semua orang punya masalah. Siapa sih di dunia ini yang tidak punya masalah? Mulai dari masalah duit, cintalah, pekerjaan, sekolah, kampus, keluarga, dan masalah-masalah lain. Semua orang punya. Mulai dari Pak Presiden yang masalahnya sampai  satu negara, Pak Rektor, Artis (masalah mereka banyak banget), mahasiswa, siswa, orang biasa, orang biasa yang belajar nulis blog (oke, itu gue). Sementara gue nulis postingan ini, gue juga punya masalah. Tapi gue nggak sombong. Pak presiden yang masalahnya muncul tiap hari juga nggak sombong, nggak berkoar-koar. Nggak update status di sosial media. Okelah, orang berhak menulis apapun di sosial media mereka. Tapi guys, plis deh. Itu bukan tempat yang tepat. Orang-orang yang baca status lo paling cuma nge-like atau setidaknya meninggalkan komentar. Tapi emang dengan begitu bisa menyelesaikan masalah lo? Nggak kan? Jadi gini, ketika lo punya waktu untuk berkoar-koar tentang masalah lo itu, kenapa lo nggak menggunakan waktu itu untuk menyelesaikan masalah? Jadilah bijak. Bukan sok bijak di sosial media.
Ketikapun masalah lo itu benar-benar sudah tidak mampu lo selesaikan sendiri, gue punya tips ampuh yang bisa lo coba. Gue menyebut penyelesaian masalah ini dengan “PULANG”
Iya, pulang. Ketika menyebut kata pulang, yang kita ingat pasti tempat kembali. Kita semua tentu punya tempat kembali. Setiap orang punya tempat kembali masing-masing. Tempat yang dituju ketika kita kehilangan arah, ketika dunia mulai terasa asing.
Lo punya teman dekat? Sahabat? Nggak punya? Kasian banget hidup lo. Ketika lo punya sahabat, pulang ke dia, curhat ke dia. Ungkapkan keluh kesah lo ke dia. Kalaupun dia tidak bisa membantu menyelesaikan masalah lo, setidaknya lo lega, ada pendengar yang bisa lo percaya, bukan di sosial media yang kebanyakan orang-orang yang nggak lo kenal.
Selain teman dekat, lo punya keluarga. guys, percaya sama gue. Ini ampuh. Setiap kali gue punya masalah, gue selalu kumpul bareng keluarga gue. Mereka adalah obat penenang yang tidak punya efek samping. Mungkin gue nggak menceritakan masalah gue ke mereka secara langsung. Tapi, momen-momen ngumpul bareng mereka itu luar biasa. Dalam sekejap, gua yakin bahwa nggak peduli seberapa besar masalah gue, gue punya mereka. Mereka akan selalu mensupport gue.
Ketika teman dan keluarga tidak mampu juga menyelesaikan masalah lo, ini yang paling ampuh. Tempat pulang paling utama. Lo punya Tuhan. Berkeluh kesahlah kepada-Nya. Dia Yang Maha Kuasa. Bahkan dari-Nya lah masalah itu muncul dan yakinlah, setiap masalah yang lo hadapi hanya kehendak-Nya lah yang mampu menyelesaikan masalah lo.
Yakinlah bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya.

Ketika masalah hidup mulai begitu berat, Pulang.

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Followers

Followers

Recent Posts

Recent Comments

Introduction

About

Pages

Blogger templates