Halo!
Selamat
Hari Jadi Kota kelahiran!
Dengan
luas wilayah kurang lebih 1.359,44 km2, sebuah kota berdiri tegak dihuni oleh
kurang lebih 250.000 jiwa penduduk.
Kenapa saya bisa tahu? Karena tadi saya searching di google.
Hanya sebagian
kecil rakyat Indonesia yang tinggal di sana. Orang-orang menyebutnya
watansoppeng, Soppeng, bahkan ada yang menyebutnya dengan Oppeng (tidak usah
bilang-bilang, jangan dibayangkan). Ada yang memberikan julukan Bumi Latemmamala,
sesuai dengan sejarahnya. Ada juga yang menyebutnya Kota Kalong, sesuai dengan
bau dari warganya. Bukan. Bukaan! Jadi, disebut Kota Kalong atau nama kerennya
Gotham City, karena ada rentetan pohon asam yang berjejer di sepanjang jalan di
tengah kota yang sejak 400 tahun yang lalu telah dihuni oleh sekelompok hewan
nokturnal yang disebut Kelelawar. Unik, bukan?
Tidak ada
yang tahu pasti penyebab mengapa koloni kelelawar ini memilih untuk bertengger
disana, mungkin saja karena soppeng adalah kota yang aman dan damai atau dengan
kata lain sepi. Jika diibaratkan seorang manusia, Soppeng masih seorang anak
kecil, polos, buktinya ketika malam hari, tidak ada kehidupan disana. Jangan pernah
berniat untuk menikmati lampu-lampu malam di soppeng, karena itu hanya akan
menjadi angan-angan semata. Setelah jam 11 malam, Orang Soppeng tidak lagi
berkeliaran di luar rumah. Kenapa? Karena mereka sudah bergegas untuk minum
susu dan bobo cantik. Nggak Lah!. Jangan pernah juga mencari dua lampu merah di
sana. Untuk saat ini, Soppeng masih termasuk sepi, itu juga yang menjadi
penyebab kenapa saya selalu rindu. Dia tenang, ngangenin (tuh kan, baper).
Bukti lain
yang memperkuat bahwa Soppeng itu aman adalah belum ada berita bahwa ada orang
yang tenggelam di Laut Soppeng dan mungkin tidak akan pernah ada. Yang tidak setuju boleh cari laut sendiri.
Disini saya
tidak ingin menceritakan tentang sejarah, karena saya tahu, bagaimanapun saya
mencoba menjelaskan bagaimana sejarah Soppeng, saya yakin bahwa hanya sebagian
kecil yang akan membaca sampai akhir, karena sebagian besar orang berpikir
bahwa sejarah itu membosankan. Padahal tidak, sejarah itu mengingatkan tentang
masa lalu, kasian orang yang susah move on. Maaf ya, wahai kaum yang susah move
on. Oke, kembali ke topik. Intinya disini, salah satu sejarah Soppeng yaitu
tentang kekeringan yang pernah terjadi dan dengan cerita yang panjang
sebelumnya dimana yang saya pelajari di pelajaran mulok dengan susah payah
membaca huruf lontarak, kekeringan tersbut bisa terselesaikan berkat adanya
burung Cakkelle atau kakatua yang membawa beberapa pemuka-pemuka masyarakat
kepada sang penyelamat yang di sebut To Manurung. Jadi, simbol resmi Kota
Soppeng itu adalah Si Cakkelle’ atau Si Burung Kaka Tua ini. Bukan Si
Kelelawar.
Berbicara
tentang sejarah, Soppeng juga adalah salah satu Kota dengan Bangunan tua yang
masih bertahan, berdiri manis di puncak
bukit , menyiratkan peninggalan kolonial dengan kenangan dari Sang Ratu, Villa
Yuliana. Bangunan ini bergaya indies dengan ornamen bugis dipadukan dengan
bangunan gaya eropa. Indah? Jelaas. Selain Villa Yuliana, ada juga bangunan tua
yang terdapat di kompleks istana Datu Soppeng yaitu Bola Ridie, Salassae, dan
Menhir Latammapole. Ada juga yang terletak 30 km dari Kota Watansoppeng, yaitu
Rumah Adat Sao Mario, yang dekat dengan Permandian alam Lejja.
Meskipun
tidak memiliki wilayah pantai, tapi Soppeng juga punya wilayah perairan, yaitu
sebagian Danau Tempe. Dengan ketinggian rata-rata 200 m diatas permukaan laut,
Soppeng dihiasi dengan daerah perbukitan kurang lebih 800km2. Ada banyak
gunung-gunung yang menjulang tinggi di Soppeng, ada Gunung Conang yang sampai
1.463 m, Gunung Sewo 860 m, Gunung Lapancu 850 m, Gunung Bulu Dua 800 m, dan
Gunung Paowangeng 760 m. Bagaimana tripper? Keren? Of Course!
Tidak pernah terbesit dalam benak saya ingin lahir di kota lain selain Bumi Latemmamala ini. Jika ingin dilahirkan berapakali lagi pun di masa depan, saya tetap ingin lahir sebagai orang Soppeng. Sebuah kota tua berumur 755 tahun yang masih memegang teguh adat, merawat warisan masa lalu, tanpa tegrilas zaman.
Berbahagialah
kawan, ada kota semanis Watansoppeng, tidak perlu kaya untuk tinggal di kota
ini. Tidak ada orang kelaparan di tempat ini. Ramah tamah penduduknya
menyiratkan kedamaian. Merantaulah, kawan. Tapi ingatlah, ada ritme kehidupan
menyenangkan yang menantimu untuk kembali. Disini, di Bumi Latemmamala.
Ade’na
Yassisoppengi
Malebbi’
sipakkatau
Tana
Ancajingekku
Wanua
latemmamala...