Halo!
Apa kabar?
Rasanya seperti menyapa teman lama. Canggung.
Terakhir kali bercengkrama dengan blog usang ini dua tahun lalu, Agustus 2018.
Kira-kira, jika kamu berada di posisi yang kebetulan bertemu dengan teman lama di jalan, hal apa yang pertama kali kamu katakan? Beberapa orang mungkin akan berjabat tangan atau berpelukan erat, lalu setelahnya?. Pertanyaan saya bukan tentang interaksi fisik, melainkan kata-kata.
Apa kabar? Pertanyaan basa-basi yang selalu jadi peringkat teratas di awal obrolan. Jika Apa kabar adalah hal pertama yang kamu ucapkan, kamu tentu bisa menebak jawaban dari pertanyaanmu sendiri. Jika ia adalah teman lama yang tidak begitu akrab denganmu ia tentu akan menjawab dengan kabar baik. Jawaban yang sama akan kamu peroleh jika ia adalah teman lama yang kamu tempatkan dalam ruang kompetitor, teman yang selalu membuatmu ingin menjadi lebih baik dibandingkan dia, melihatnya berhasil dalam suatu hal menumbuhkan ambisi dalam dirimu untuk jauh lebh berhasil. Teman lama jenis kompetitor ini juga akan menjawab dengan kabar baik karena tidak ingin terlihat buruk di hadapanmu terlepas dari segala kabar buruk yang ia pendam. Lain halnya dengan teman lama yang cukup akrab denganmu, ia akan menjawab apa adanya. Mungkin pertemuan kebetulan itu akan berubah menjadi ajang curhat, mengeluh, bahkan tidak jarang menghasilkan temu-temu berkelanjutan.
Bertemu dengan teman lama akan memunculkan dilema. Topik apa yang sebaiknya dilontarkan untuk teman yang kabarnya hanya sebatas baik dan buruk ini? Menanyakan tentang pendidikan? Bagaimana jika ia gagal dalam ujian tahun ini dan belum menyelesaikan pendidikannya?. Tentang keluarga? Bagaimana jika keluarganya sedang berada dalam masalah atau baru saja berduka. Karir? Bagaimana jika sampai hari ini ia masih berjuang untuk lepas dari status pengangguran?. Hubungan asmara? Bagaimana jika ia baru saja putus dari kekasihnya dan patah hati?
Dilema dalam situasi bertemu dengan teman lama itu wajar, kok. Artinya, kamu masih manusia dan beruntungnya, kamu manusia yang berhati baik. Khawatir akan melukai perasaan teman lamamu adalah tanda hatimu baik. Lalu, bagaimana mengatasinya? Segala dilema itu sebenarnya berasal dan bermuara pada satu hal : kabar.
Iya, kabar.
Bagi orang-orang yang tersentuh atau bahkan didekap teknologi, kabar adalah hal yang ada dalam genggamannya setiap hari. Layar berbentuk persegi panjang yang setiap hari memancarkan radiasi itu berisi kabar-kabar. Kabar bukan lagi terbatas soal baik atau buruk. Melainkan meluas menjadi aktivitas yang dengan mudah disajikan dan disaksikan. Jangankan pendidikan, karir, atau hubungan asmara, kamu bahkan bisa melihat apa saja menu sarapan teman lamamu pagi ini. Saat melihat kabar teman lamamu lewat video boomerang dalam momen sarapan paginya, disana ada anak kecil dan seorang wanita yang tersenyum lebar. Artinya, keluarganya sedang dalam keadaan bahagia. Saat tidak sengaja bertemu dengannya di jalan, kamu bisa menanyakan berapa umur anaknya. Saat melihat kabar teman lamamu lewat foto wisuda yang ia bagikan di timeline, artinya ia berhasil menyelesaikan pendidikan. Saat tidak sengaja bertemu dengannya di jalan, kamu bisa menanyakan tentang jurusan pendidikannya. Saat melihat undangan digital dari akun teman lamamu yang berisi namanya dengan nama mantan kekasihmu, sebaiknya hindari bertemu dengannya di jalan. Wkwkwk. Bercanda, sayang. Kamu tentu bisa membahas betapa beruntungnya mereka dan mendoakan kebahagiaan mereka. Jika kamu cukup tabah untuk itu.
Lalu, bagaimana jika teman lamamu tidak cukup eksis di media sosial? Bagaimana jika ia hanya menjadi viewer story tanpa pernah berkabar? Kamu cukup membahas hal yang sedang viral belakangan ini. Mungkin tentang nilai tukar rupiah terhadap dollar atau omnibus law. Atau mungkin tentang Nia Ramadhani yang tidak tahu cara mengupas pisang. (why)
Bagaimana? Sudah tidak sabar ingin bertemu teman lama di jalan? Tahan dulu. Saya yakin bukan hanya dengan teman lama, tapi ada banyak pertemuan yang sangat ingin kamu segerakan. Tapi, kondisi jalan dan sudut-sudut keramaian saat ini sedang tidak memungkinkan untuk sebuah pertemuan. Tahan dulu.
Saat ini, kamu bisa menanyakan kabar teman lama lewat jemarimu tanpa berinteraksi fisik dengannya. Tanyakan keadaannya lalu saling berdoa agar kita saling bertahan di tengah kabar buruk ini.
Semoga kita lekas mendapat kabar baik.
Catatan penulis:
Jadi, Apa kabar?
Saya berharap bisa terus menyapa, pertemuan yang tidak kebetulan dan bukan di jalan ini, semoga menghasilkan temu-temu berkelanjutan. Saya akan menemuimu dalam tulisan. Maaf karena memberi jeda terlalu lama. Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk segala kabar baik dan buruk. Semoga bisa berbagi suka dan duka dalam tulisan-tulisan berikutnya.
Salam sayang.
Read More
![]() |
11hr11min |
Apa kabar?
Rasanya seperti menyapa teman lama. Canggung.
Terakhir kali bercengkrama dengan blog usang ini dua tahun lalu, Agustus 2018.
Kira-kira, jika kamu berada di posisi yang kebetulan bertemu dengan teman lama di jalan, hal apa yang pertama kali kamu katakan? Beberapa orang mungkin akan berjabat tangan atau berpelukan erat, lalu setelahnya?. Pertanyaan saya bukan tentang interaksi fisik, melainkan kata-kata.
Apa kabar? Pertanyaan basa-basi yang selalu jadi peringkat teratas di awal obrolan. Jika Apa kabar adalah hal pertama yang kamu ucapkan, kamu tentu bisa menebak jawaban dari pertanyaanmu sendiri. Jika ia adalah teman lama yang tidak begitu akrab denganmu ia tentu akan menjawab dengan kabar baik. Jawaban yang sama akan kamu peroleh jika ia adalah teman lama yang kamu tempatkan dalam ruang kompetitor, teman yang selalu membuatmu ingin menjadi lebih baik dibandingkan dia, melihatnya berhasil dalam suatu hal menumbuhkan ambisi dalam dirimu untuk jauh lebh berhasil. Teman lama jenis kompetitor ini juga akan menjawab dengan kabar baik karena tidak ingin terlihat buruk di hadapanmu terlepas dari segala kabar buruk yang ia pendam. Lain halnya dengan teman lama yang cukup akrab denganmu, ia akan menjawab apa adanya. Mungkin pertemuan kebetulan itu akan berubah menjadi ajang curhat, mengeluh, bahkan tidak jarang menghasilkan temu-temu berkelanjutan.
Bertemu dengan teman lama akan memunculkan dilema. Topik apa yang sebaiknya dilontarkan untuk teman yang kabarnya hanya sebatas baik dan buruk ini? Menanyakan tentang pendidikan? Bagaimana jika ia gagal dalam ujian tahun ini dan belum menyelesaikan pendidikannya?. Tentang keluarga? Bagaimana jika keluarganya sedang berada dalam masalah atau baru saja berduka. Karir? Bagaimana jika sampai hari ini ia masih berjuang untuk lepas dari status pengangguran?. Hubungan asmara? Bagaimana jika ia baru saja putus dari kekasihnya dan patah hati?
Dilema dalam situasi bertemu dengan teman lama itu wajar, kok. Artinya, kamu masih manusia dan beruntungnya, kamu manusia yang berhati baik. Khawatir akan melukai perasaan teman lamamu adalah tanda hatimu baik. Lalu, bagaimana mengatasinya? Segala dilema itu sebenarnya berasal dan bermuara pada satu hal : kabar.
Iya, kabar.
Bagi orang-orang yang tersentuh atau bahkan didekap teknologi, kabar adalah hal yang ada dalam genggamannya setiap hari. Layar berbentuk persegi panjang yang setiap hari memancarkan radiasi itu berisi kabar-kabar. Kabar bukan lagi terbatas soal baik atau buruk. Melainkan meluas menjadi aktivitas yang dengan mudah disajikan dan disaksikan. Jangankan pendidikan, karir, atau hubungan asmara, kamu bahkan bisa melihat apa saja menu sarapan teman lamamu pagi ini. Saat melihat kabar teman lamamu lewat video boomerang dalam momen sarapan paginya, disana ada anak kecil dan seorang wanita yang tersenyum lebar. Artinya, keluarganya sedang dalam keadaan bahagia. Saat tidak sengaja bertemu dengannya di jalan, kamu bisa menanyakan berapa umur anaknya. Saat melihat kabar teman lamamu lewat foto wisuda yang ia bagikan di timeline, artinya ia berhasil menyelesaikan pendidikan. Saat tidak sengaja bertemu dengannya di jalan, kamu bisa menanyakan tentang jurusan pendidikannya. Saat melihat undangan digital dari akun teman lamamu yang berisi namanya dengan nama mantan kekasihmu, sebaiknya hindari bertemu dengannya di jalan. Wkwkwk. Bercanda, sayang. Kamu tentu bisa membahas betapa beruntungnya mereka dan mendoakan kebahagiaan mereka. Jika kamu cukup tabah untuk itu.
Lalu, bagaimana jika teman lamamu tidak cukup eksis di media sosial? Bagaimana jika ia hanya menjadi viewer story tanpa pernah berkabar? Kamu cukup membahas hal yang sedang viral belakangan ini. Mungkin tentang nilai tukar rupiah terhadap dollar atau omnibus law. Atau mungkin tentang Nia Ramadhani yang tidak tahu cara mengupas pisang. (why)
Bagaimana? Sudah tidak sabar ingin bertemu teman lama di jalan? Tahan dulu. Saya yakin bukan hanya dengan teman lama, tapi ada banyak pertemuan yang sangat ingin kamu segerakan. Tapi, kondisi jalan dan sudut-sudut keramaian saat ini sedang tidak memungkinkan untuk sebuah pertemuan. Tahan dulu.
Saat ini, kamu bisa menanyakan kabar teman lama lewat jemarimu tanpa berinteraksi fisik dengannya. Tanyakan keadaannya lalu saling berdoa agar kita saling bertahan di tengah kabar buruk ini.
Semoga kita lekas mendapat kabar baik.
Catatan penulis:
Jadi, Apa kabar?
Saya berharap bisa terus menyapa, pertemuan yang tidak kebetulan dan bukan di jalan ini, semoga menghasilkan temu-temu berkelanjutan. Saya akan menemuimu dalam tulisan. Maaf karena memberi jeda terlalu lama. Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk segala kabar baik dan buruk. Semoga bisa berbagi suka dan duka dalam tulisan-tulisan berikutnya.
Salam sayang.