with Yuliana Firman

Senin, 01 Agustus 2016

Ada Kalanya Realita Datang Menyapa

Halo!
Akhirnya, setelah sekian lama, blog yang sudah penuh sarang spiderman ini diupdate!! Meskipun isinya memang tidak penting, tapi postingan kali ini memang saya maksudkan untuk curhat sekaligus memuntahkan apa yang saya pendam selama hampir satu bulan ini. Daripada jadi penyakit, lebih baik tidak jadi penyakit. Salam super! Haha.

Topik postingan kali ini tidak jauh-jauh dari hal yang sedang booming belakangan ini. Bukan tentang awkarin, bumi datar, ahok lewat jalur parpol, ataupun reshuffle kabinet. Bukaan! Ini tentang sederetan huruf yang menghiasi Kartu Hasil Studi. Yap. Indeks Prestasi. Hal yang selama ini cukup membuat saya selalu mengalihkan topik kalau sedang berbicara dengan orang tua.
Ortu : semester ini IP nya berapa nak?
Saya : wah, cuacanya cerah ya! Cicak di atap sudah beranak belum ya?
*kemudian hening*

Sedikit penjelasan, untuk yang belum jadi mahasiswa, karena mahasiswa pasti sudah mengerti apa itu IP, IPS, ataupun IPK. Jadi, mereka kurang lebihnya adalah satuan nilai akhir yang menggambarkan mutu proses belajar mengajar tiap semester, atau secara singkat dapat diartikan sebagai besaran/angka yang menyatakan prestasi (keberhasilan proses belajar mengajar) mahasiswa pada satu semester. Perhitungan IP pada setiap akhir semester bertujuan untuk memperoleh takaran atas prestasi seorang mahasiswa dan untuk menentukan besarnya beban studi yang dapat diambil yang bersangkutan pada semester berikutnya, IP dihitung untuk setiap semester.

Nah, kenapa saya ingin membahas tentang mereka? Karena sederetan huruf seperti A, B, C, D, E, F,G,H, nggak. Cuma sampai E, dihiasi dengan kutub magnet positif dan negatif dibelakangnya ini sudah berhasil membuat saya berpikir keras. Berpikir tentang seberapa penting IPK dalam hidup ini. Dan setelah sok-sokan berpikir, yang dapat saya simpulkan adalah : bumi itu bulat. Bukan, Bukaan! Jadi, kesimpulannya adalah IPK itu PENTING. Cukup penting. Yang tidak setuju boleh keluar dari blog absurd ini dengan terhormat. Kenapa penting? Karna seperti yang saya paparkan tadi, IP pada akhir semester itu menentukan besarnya beban studi yang dapat diambil pada semester berikutnya. Jadi, yang IP nya rendah gimana? Masa Cuma beban hidupnya saja yang banyak? Kan kasian.
Ada beberapa orang yang dengan gampangnya berkata bahwa IPK itu tidak penting. Entah atas dasar apa, mungkin dia adalah anak rektor atau anak presiden. Tapi untuk yang bukan anak rektor dan anak presiden, tidak seharusnya kalian berkata seperti itu. Bro, IPK itu menjadi penilaian dasar untuk mencapai pendidikan di jenjang berikutnya. Bahkan di dunia kerja nantinya.

Ada juga yang berkata bahwa IPK itu tidak penting, karena hanya sederet angka. Yang penting itu adalah kemampuan yang dimiliki. Oke, fix. Kemampuan itu penting. Soft skill itu penting, berorganisasi itu penting untuk mengembangkan bakat dan kemampuan. Bahkan kebanyakan orang yang IPK nya rendah dan aktif berorganisasi itu kemampuannya jauh lebih baik dibandingkan yang ber IPK tinggi dan hanya datang untuk menerima mata kuliah di kampus. Oke, you win. Tapi, “ada kalanya realita itu datang menyapa”. Realita yang mana? Realita di dunia kerja. Saya ingin menganalogikan IPK ini dengan balapan. Yang senang nonton moto gp mari beranalogi. Sebelum seorang pembalap memasuki arena, ada kualifikasi untuk menentukan posisi start kan? Nah, IPK ini sama halnya dengan posisi start. Orang dengan IPK 4,00 berada di posisi pertama, dan IPK 1,00 berada di posisi start paling terakhir.  Mana yang berpeluang menang lebih besar? Jawabannya ada di benak Anda sekalian. Buat yang masih tidak setuju dengan IPK itu penting dan belum keluar dari blog ini pasti berdalih. Lalu mengungkit kemenangan valentino Rossi yang pernah juara dari posisi start ke 11. Nah, disinilah kemampuan itu perlu. Setelah mendapatkan posisi start, atau pekerjaan. Yang berperan selanjutnya adalah kemampuan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan luar kuliah seperti berorganisasi tadi. Setelah diterima dalam suatu pekerjaan, tidak akan ada yang menanyakan tentang IPK lagi. Karena IPK memang hanya dibutuhkan di awal. Yap, hanya sebagai kualifikasi awal. Tapi, memangnya Anda punya kemampuan seperti Valentino Rossi?

IPK juga sama halnya dengan tiket pesawat. Ketika ingin liburan, kita pasti mengemas barang-barang yang diperlukan di tempat tujuan nantinya. Barang-barang yang dikemas di koper ini sama halnya dengan kemampuan yang diperoleh tadi. Setelah berkemas, koper ini akan di bawa ke tempat tujuan kita. Tapi, tanpa tiket pesawat kopernya tidak akan bisa sampai ke tempat tujuan, bukan? Paling Cuma naik pete pete (angkot) terus nyasar ke terminal. Nggak dianggap, terbuang, tanpa arah dan tujuan. Makanya, berliburlah tapi jangan lupa tiketnya. Asah kemampuan, perbaiki attitude, tapi jangan lupa ijazahnya!

Saya rasa beberapa penjelasan di atas sudah bisa menggambarkan mengapa saya berani menjudge bahwa IPK itu penting. Terlepas dari begitu pentingnya juga kemampuan yang harus dimiliki. Jadi, untuk yang punya nasib seperti saya, IP yang anjlok seanjlok-anjloknya, jangan putus asa guys, jangan pernah jadikan ini racun yang membius kalian, membuat kalian ingin berhenti berusaha. Tapi, jadikan sebagai kokain yang memacu adrenalin untuk meningkatkan IP di semester berikutnya. Tapi tetap saja, jangan lupakan soft skill. IPK penting, kemampuan penting, attitude penting, dia penting *eh. Apa salahnya mensejajarkan hal-hal penting itu dalam hidup?
www.spiritinyourlife.com


Hidup Bumi Bulat! *apaansih*
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Followers

Followers

Recent Posts

Recent Comments

Introduction

About

Pages

Blogger templates